Raja Mswati III kunjungi Abu DhabiVideo viral Raja Mswati III dari Eswatini yang datang ke Abu Dhabi dengan 15 istri, 30 anak, dan 100 pelayan kembali mencuri perhatian dunia. Bandara bahkan sempat ditutup sementara demi kedatangan sang raja.Foto:indiantimes

ABU DAHABI, SAESTUSAE.COM – Raja Mswati III dari Kerajaan Eswatini kembali mencuri perhatian publik internasional setelah rekaman lawas kedatangannya di Bandara Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, viral kembali di media sosial. Dalam video tersebut, sang raja tampak turun dari jet pribadi didampingi 15 istri, 30 anak, dan sekitar 100 pelayan, menciptakan pemandangan luar biasa yang membuat tiga terminal bandara harus ditutup sementara.

Video yang kembali beredar luas itu menyorot kemewahan khas Raja Mswati IIIβ€”salah satu monarki absolut terakhir di Afrika, yang kontras dengan kondisi ekonomi rakyat Eswatini, di mana lebih dari separuh penduduk masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Dalam rekaman, Mswati mengenakan pakaian tradisional bermotif macan tutul, sementara para istrinya tampil dengan busana berwarna cerah khas Afrika. Aksi kedatangan mewah ini pun menuai beragam reaksi, mulai dari kekaguman hingga kritik tajam terhadap gaya hidup sang raja.

Raja Mswati III telah memimpin Eswatini sejak 1986 dan dikenal dengan tradisi memilih istri baru setiap tahun dalam upacara adat Reed Dance. Ia memiliki kekayaan pribadi yang diperkirakan lebih dari 1 miliar dolar AS serta lebih dari 35 anak dari belasan istrinya.

Dalam kunjungan diplomatiknya ke Abu Dhabi, Mswati bertemu Presiden Uni Emirat Arab, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, untuk memperkuat kerja sama ekonomi antara kedua negara. Pertemuan tersebut menghasilkan nota kesepahaman senilai lebih dari €60 miliar dengan EMI Gate Holding, mencakup investasi di sektor pertambangan, energi, teknologi informasi, dan pariwisata. Proyek besar ini diharapkan mampu membuka 25.000 lapangan kerja di Eswatini.

Namun, di balik agenda diplomatik tersebut, publik dunia tetap menyoroti gaya hidup glamor sang raja. Banyak yang menilai kemewahan itu bertolak belakang dengan realitas pahit sebagian besar rakyat Eswatini yang masih berjuang memenuhi kebutuhan dasar seperti air bersih dan listrik.

Fenomena ini kembali memicu perdebatan global mengenai batas antara diplomasi, simbol kemegahan kerajaan, dan tanggung jawab sosial seorang pemimpin terhadap rakyatnya.

By Lina